Kisah awal mula pertentangan antar manusia
Pertama, Kisah dua anak nabi adam ketika mereka diperintahkan oleh Allah untuk untuk berkurban. Satu anaknya (habil) sebagai seorang petani berkurban dengan mempersembahkan hasil pertanian yang terbaik. Sedangkan saudaranya (qobil) sebagai seorang peternak justru berkurban dengan domba (kambing) yang kurus-kurus.
Peristiwa kurban ini adalah awal mula ditetapkannya syariat Allah qurban bagi manusia. Sebagian ulama tafsir seperti ibn jarir ath thobari berpendapat bahwa kisaran jumlah qurban habil adalah sebagai patokan hukum zakat pertanian. Sedangkan ralat atas kesalahan qobil adalah yang kelak menjadi cikal bakal patokan hukum zakat ternak.
Allah tidak membutuhkan qurban atau zakat manusia, tetapi yang Allah nilai adalah ketaatan (ketundukan) manusia atas semua perintahNya.
Kedua, kisah perkawinan anak-anak nabi adam. Menurut Imam Abu Ja'far bin Jarir dalam kitab At-Tarikh, Hawa melahirkan 40 anak dalam 20 kali kehamilan. Pendapat ini juga disampaikan oleh Ibnu Ishaq dan Tafsir Al-Qurtubi. Menurut sumber lain, Hawa melahirkan sebanyak 120 kali, di mana setiap kelahiran menghasilkan dua sepasang anak, lelaki dan perempuan. Qabil dan saudarinya, Qalima adalah anak yang paling tua, sedangkan anak yang terakhir adalah Abdul Mughits dan saudarinya, Ummul Mughits. Bahwa qabil sesuai petunjuk Allah tidak boleh menikah dengan saudara kembarnya melainkan dengan saudara kembar habil (labudza). Karena labudza tidak seberapa cantik seperti saudara kembarnya (iklima) maka qabil menolak dinikahkan dengan labudza. Dan qabil merasa iri pada habil karena mendapatkan istri cantik.
Karena peristiwa qurban nya ditolak oleh Allah dan karena mendapatkan calon istri yang tidak sesuai harapannya, maka qabil menaruh dendam kepada habil dan membunuhnya. Peristiwa pembunuhan ini juga diabadikan dalam al qur'an surat al maidah ayat 27-31 (baca : Al-Razi, Mafatih al-Ghaib, juz 11, hal. 204 dan Al-Qurthubi, cetakan 2003 M: juz VI/ hal.134).
Dari peristiwa tersebut dapatlah kita mengambil sebuah kesimpulan bahwa pertentangan hebat seorang manusia berawal dari harta dan wanita. Cinta harta menyebabkan seseorang enggan untuk berinfaq (mengeluarkan sebagian rezekinya untuk beramal menolong manusia lainnya), padahal dia tahu benar bahwa Allah tidak membutuhkan hartanya sedikitpun. Allah hanya melihat kebaikan hatinya peduli kepada sesama manusia, disitulah nilai kebaikan dan ketaatannya, dijanjikan pahala dan kelak akan diganjar dengan surgaNya. Cinta kepada wanita pun adalah faktor lain yang sangat mempengaruhi nafsu manusia untuk memperturutkan syahwatnya meraih kenikmatan yang nilainya kecil sekali jika dibandingkan dengan kenikmatan yang Allah janjikan untuk pernikahannyaa di surga kelak. Nabi saw. juga pernah berpesan agar kita berhati-hati terhadap fitnah wanita yang dalam al qur'an diabadikan dalam peristiwa yang menimpa nabi Yusuf alaihissalam dalam surat Yusuf ayat 28, yang disebut dengan lafadz "inna kaidahunna 'adhiim" (sesungguhnya tipu daya wanita itu sungguh dahsyat).
Nabi juga sudah memperingatkan tentang jebakan harta sesuai hadits riwayat Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana beliau saw. bersabda :
مَا أَخْشَى عَلَيْكُمُ الْفَقْرَ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمُ التَّكَاثُرَ
“Yang aku khawatirkan pada kalian bukanlah kemiskinan, namun yang kukhawatirkan adalah saling berbangganya kalian (dengan harta)” (HR. Ahmad 2: 308. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).
Dan terhadap fitnah wanita beliau saw. juga berpesan, dari sahl bin Sa'd, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِي النَّاسِ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
Artinya, “Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih besar bagi laki-laki selain dari perempuan,” (HR Al-Bukhari).
Mudah-mudahan kita diberi kemudahan oleh Allah untuk dapat selamat dari dua musibah yang menyebabkan pertentangan dan fitnah dalam hidup kita, yaitu harta dan wanita. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan sampaikan komentar anda terhadap postingan (tulisan) ini. Terima kasih