Kontroversi abah dan habib

Dahulu sebelum ada polemik nasabnya kyai imad dengan habaib yang mengaku dan diyakini oleh sebagian besar warga nahdiyyin (NU) sebagai dzuriyah (keturunan) nabi muhammad saw. yang memiliki jalur nasab (garis keturunan) bersambung sampai kepada sayyidina ali ra, maka semua keturunan arab di indonesia biasa dipanggil habib. Setidaknya mereka (para pribumi) akan tanya kepada siapapun yang berwajah timur tengah dengan pertanyaan "sampeyan habib ya?"

Namun setelah polemik nasab memanas 3 tahun belakangan ini, bahkan sampai membara dengan isu penolakan para habaib di majelis-majelis dzikir dan pengajian, maka pertanyaan "sampeyan habib ya?" itu sudah jarang ditemui. Setidaknya bagi yang tidak terlalu ekstrim pun seperti kelompok yang sampai menolak kehadiran para habib itu pun membatasi atau sudah tidak lagi tertarik untuk menanyakan identitas itu.

Termasuk bagi yang mengaku-ngaku habib padahal bukan habib, kalau dulu maka para habib itu akan mengajarkan kepada para pribumi bahwa orang itu bukan habib, semacam diverifikasi. Secara lebih ekstrim lagi maka kelompok habaib akan mendatangi pengaku itu dan melakukan ancaman agar tidak lagi mengaku sebagai habib, kalau perlu dengan mengerahkan para muhibbin (kelompok pribumi yang sudah menjadi pengikut setia habaib). Ancaman itu bukan hanya verbal saja, terkadang juga disertai tindakan fisik.

Sebelum polemik nasab mencuat, maka semua habib akan dengan senang hati menggunakan sebutan habib bahkan sampai anak kecil di kalangan yang mengaku dzuriyah nabi pun minta dipanggil habib, karena memang panggilan itu prestige sekali. Siapa yang tidak tertatik untuk segera memanfaatkan privilege itu ? 

Namun setelah gonjang ganjing isu nasab ini, bahkan sampai habib riziq yang dianggap oleh sebagian kaum muslimin indonesia sebagai imam besar, dan habib taufik assegaf sebagai ketua kaum habaib indonesia perlu melakukan klarifikasi (yang walaupun sangat terlambat dan terkesan hanya sekedar untuk sedikit menetralisir masalah) bahwa seharusnya panggilan habib itu hanya ditujukan bagi ulama di kalangan mereka. Sementara panggilan habib sudah mendarah daging dan tersebar di masyarakat. Sesuatu yang hampir mustahil untuk diralat dan dinetralisir.

Selain itu, ada upaya terstruktur juga yang sepertinya ingin diperkenalkan kepada masyarakat oleh para tokoh habaib di indonesia bahwa mereka ingin mengganti panggilan habib dengan sayyid dan syarif. Terbaru, ketika habib riziq punya anak lagi dari istri terakhir, maka diperkenalkanlah kepada publik bahwa namanya adalah sayyid abdullah bin muhammad riziq bin syihab. Dijelaskanlah kepada publik bahwa keturunan sayyidina hasan dipanggil syarif dan keturunan sayyidina husin dipanggil sayyid. Panggilan yang hampir 100 tahun ini tidak pernah terdengar di telinga publik.

Di lain hal, setelah munculnya anis baswedan sebagai capres pada pemilu 2024 lalu, dimana beliau dipanggil "abah", sebuah panggilan yang bahkan tidak diperkenalkan oleh anis sendiri karena memang spontanitas publik yang menjulukinya. Sebuah panggilan untuk seseorang yang dianggap sebagai orangtua sendiri (ayah). maka seolah bergemalah stigma bahwa keturunan arab hadromi (yaman) yang baik yang diwakili oleh anis dengan panggilan abah. Sedangkan untuk hadromi habib dikesankan jelek, tukang dawir, pembuat makam palsu, pengaku para tokoh dan pahlawan sebagai ras mereka, dan kebohongan-kebohongan da'wah mereka yang tujuan akhirnya adalah untuk mengunggulkan ras mereka dan tetap berharap diakui sebagai keturunan nabi. 

Maka sudah seharusnya lah para habaib introspeksi diri dan menjadikan polemik nasab ini sebagai muhasabah diri. Apalagi nabi saw. sudah mengingatkan kita adanya fitnah al ahlas sebagai bagian dari rangkaian fitnah akhir zaman, yaitu adanya kelompok orang yang mengaku sebagai keturunan nabi padahal mereka bukanlah keturunan nabi. Hendaknya takutlah kepada Allah atas terkenanya fitnah ini. Semoga Allah selamatkan kita dan keturunan kita dari semua fitnah akhir zaman. Aamiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Utsman bin Affan r.a. dan para istrinya

Kontroversi hadits puasa dan sedekah

Pembahasan tentang Nur Muhammad