Tidak boleh menyebutkan kebaikan ahli bid'ah
Dalam Islam, menyebutkan kebaikan ahli bid'ah (orang yang melakukan perbuatan menyimpang dari ajaran Islam) memiliki beberapa pandangan.
Dalilnya adalah surat al an'am ayat 55 :
وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur'an, (agar terlihat jelas jalan orang-orang yang shalih) dan agar terlihat jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.
Imam Syafi'i berpendapat bahwa tidak boleh memuji ahli bid'ah karena dapat mempengaruhi orang lain untuk mengikuti kesesatan mereka. Imam Malik berargumen bahwa memuji ahli bid'ah dapat menyebabkan kesesatan dan kekafiran. sementara Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa tidak boleh memuji ahli bid'ah kecuali jika mereka bertobat.
Alasan yang dikemukakan oleh mereka bertiga adalah untuk menghindari kesesatan dan kekafiran, mencegah pengaruh buruk terhadap masyarakat, mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW yang tidak memuji orang-orang yang melakukan kesalahan, serta menjaga kesucian ajaran Islam.
Namun terdapat pengecualian tentang bolehnya menyebutkan kebaikan ahli bid'ah yaitu jika ahli bid'ah telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar, menyebutkan kebaikan mereka dalam konteks sejarah atau ilmiah, tanpa memuji kesesatan mereka, serta untuk tujuan dakwah dan memberikan peringatan.
Diantara yang menjadi tertuduh sebagai ahli bid'ah adalah jamaah tabligh. Padahal Jamaah Tabligh tidak sesat menurut mayoritas ulama, tetapi ada beberapa kritik dan perbedaan pendapat terhadap mereka. Diantaranya metode dakwah yang terlalu fokus pada individu, kurang memperhatikan aspek sosial dan politik, kurangnya penekanan pada ilmu dan pendidikan Islam yang mendalam dan beberapa anggota melakukan kesalahan dalam memahami dan mengajarkan ajaran Islam.
Sebagian ulama menganggap Jamaah Tabligh menyimpang dalam metode dakwah dan prioritas dalam mengajarkan Islam.
Namun Imam Ibn Taimiyah berpendapat bahwa ia tidak menemukan bukti kesesatan dalam ajaran Jamaah Tabligh (baca kitab al fatawa). Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pun menganggap Jamaah Tabligh sebagai gerakan dakwah yang positif.
Sementara Syaikh muhammad nashiruddin Al-Albani hanya mengkritik beberapa aspek, tetapi tidak menganggap Jamaah Tabligh sesat. Diantaranya adalah : kurangnya penekanan pada ilmu dan pendidikan Islam yang mendalam, metode dakwah yang terlalu fokus pada individu, kurang memperhatikan aspek sosial dan politik, tidak memadainya pemahaman tentang aqidah dan syariah serta kurangnya perhatian terhadap masalah-masalah umat Islam secara keseluruhan.
Secara spesifik syaikh albanj menambahkan bajwa jamaah tabligh sering menggunakan hadits-hadits dhaif (lemah) dalam khutbah dan dakwah, tidak membedakan antara sunnah dan bid'ah, mengabaikan perintah jihad dan perjuangan sosial, kurang transparansi dalam pengelolaan keuangan serta terlalu fokus pada kegiatan khuruj (keluar rumah untuk berdakwah). Baca : Kitab "Al-Da'wah Ilallah" dan kitab "Tahdhir al-Sajid" karya Syaikh Al-Albani.
Terhadap kritik-kritik yang dialamatkan kepada mereka maka pihak jamaah tabligh memberikan tanggapan yaitu mengakui kelemahan dan berusaha memperbaiki, menekankan pentingnya ilmu dan pendidikan Islam serta lebih meningkatkan lagi perhatian terhadap masalah-masalah umat Islam.
Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan sampaikan komentar anda terhadap postingan (tulisan) ini. Terima kasih