I'tiqod Perantara (Zulfa, Wasilah)

Allah membongkar kebohongan i'tiqod (keyakinan) zulfa, wasilah dan perantara dalam ibadah

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat az zumar ayat 2-3 yang artinya : "sesungguhnya Kami menurunkan al kitab kepadamu (muhammad) dengan haq (penuh kebenaran) maka sembahlah Allah dalam agama ini dengan ikhlas (2) bukankah milik Allah agama yang ikhlas ini ? Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai wali (yang dimintai perlindungan, pertolongan) dengan berargumen bahwa kami tidak menyembah mereka melainkan hanya sebagai perantara yang mendekatkan kami kepada Allah. Sesungguhnya Allah akan menghukumi (memutuskan) diantara mereka (tentang benar tidaknya keyakinan mereka itu) atas apa yang mereka perselisihkan tentang hal itu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk siapa yang berdusta dan ingkar" (3)

Dua ayat diatas mengandung pesan bahwa ada kelompok manusia yang menyembah Allah tidak dengan keikhlasan yang penuh. 

Apa ciri-ciri orang-orang yang disebut tidak ikhlas beribadah kepada Allah itu ? Jawabnya adalah mereka yang tidak menjadikan Allah sebagai wali. Tidak minta pertolongan kepada Allah. Mintanya kepada yang lain. Tidak meminta perlindungan kepada Allah tetapi kepada yang lain. Tidak takut kepada Allah tapi takut kepada yang lain.

Yang kedua adalah mereka selalu berargumen bahwa sekalipun mereka minta-minta kepada selain Allah, tetapi mereka enggan (tidak mau) disebut minta-minta kepada makhluk. Mereka lantang membantah "kami hanya menjadikan mereka sebagai perantara (zulfa) atau wasilah", mintanya tetap kepada Allah, takutnya tetap kepada Allah, mohon perlindungannya tetap kepada Allah. 

Msnusia bisa dibohongi karena perkara hati memang hanya Allah yang tahu. Tapi Allah menegaskan bahwa Allah tidak bisa dibohongi dan diingkari sebagaimana manusia bisa diajak berargumen, berdebat dan berselisih tentang i'tiqod (keyakinan) mereka itu.

Tapi secara eksplisit ayat ini menunjukkan adanya kelompok manusia yang pura-pura ikhlas beribadah hanya kepada Allah tapi hakekatnya dia berdusta karena dia menjadikan sekutu bagi Allah dalam meminta-minta, takutnya kepada selain Allah (seperti kepada manusia yang lain yang kebetulan sedang berkuasa, takut kepada makhluk gaib, dan sebagainya), bahkan lebih besar daripada takutnya kepada Allah. Jadi lisannya tidak sama dengan tindakannya. Bicaranya mereka hanya zulfa (wasilah), perantara tapi hakekatnya mereka justru yang dimintai, ditakuti, dan diibadahi.

Semoga Allah jauhkan kita dari teguran Allah dalam ayat ini agar kita tidak terjerumus dalam sifat dan sikap dualisme (ambivalensi, kemunafikan) semacam ini. Aamiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Utsman bin Affan r.a. dan para istrinya

Kontroversi hadits puasa dan sedekah

Pembahasan tentang Nur Muhammad