Meluruskan Aqidah Nur Muhammad

Yûsuf Ismâil an-Nabhâni berkata, “Ketahuilah, bahwasannya tatkala kehendak al-Haq (Allâh) berhubungan dengan penciptaan para makhluk-Nya, Allâh Azza wa Jalla telah menampakkan haqiqat Muhammad dari cahaya-cahaya-Nya, kemudian dengan sebabnya tersingkaplah seluruh alam dari atas hingga bawahnya.... kemudian terpancarlah darinya sumber ruh-ruh, sedangkan dia (Muhammad) merupakan jenis (ruh) yang paling tinggi di atas segala jenis dan sebagai induk terbesar bagi seluruh makhluk yang ada.” (Al-Anwâr al-Muhammadiyyah halaman 9).

Di dalam kitab Tanbîhul Hudzdzâq hlm. 27, nukilan dari Huqûqin Nabiyyi , DR. Muhammad Khalîfah at-Tamîmi, 2/714 disebutkan : "Kalaulah tidak ada dia (Muhammad), matahari, bulan… bintang, lauh, dan Qolam tidak akan pernah diciptakan”.

Dari 2 nukilan diatas dapat disimpulkan sementara bahwa ada kelompok yang menempatkan posisi nabi muhammad secara ghuluw (berlebihan). Apabila kita mengkritisi seperti ini juga tidak boleh dimaknai bahwa para pengkritik tersebut tidak mencintai dan memuliakan nabi. 

Sebab dalam kenyataannya, dalil-dalil yang diungkapkan kelompok ini adalah dalil-dalil (hujjah) yang batil seperti riwayat yang dhoif (riwayatnya dilemahkan oleh para ahli hadits) bahkan maudhu' (laa ashla lahuu, tidak jelas sumber rujukannya). Diantaranya adalah :

لَوْلَاكَ مَا خُلَقَتِ الْأَفْلاَكُ

1.Kalau tidak ada kamu, bintang-bintang tidak diciptakan (As-Silsilah adh-Dha’îfah hadits no. 282)

كُنْتُ نَبِياًّ وَلاَ آدَمَ وَلاَ مَاءَ وَلاَ طِيْنَ

2.Aku menjadi nabi, sedang Adam, air dan tanah belum ada (As-Silsilah adh-Dha’îfah hadits no. 303)

إِنَّهُ كَانَ نُوْرًا حَوْلَ الْعَرْشِ فَقَالَ : يَا جِبْرِيْلُ: أَنَا كُنْتُ ذَلِكَ النُّورَ

3.Sesunggunya dia (Muhammad) dulu adalah cahaya yang ada di sekeliling Arsy. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Jibril, aku dulu adalah cahaya itu” (As-Silsilah adh-Dha’îfah hadits no. 1/474)

Riwayat paling pokok yang dijadikan alasan meyakini nur Muhammad adalah,

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قاَلَ، قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ، بأبى أنت وأمى! أَخْبِرْنِى عَنْ أَوَّلِ شيْئٍ خَلَقَهُ الله ُقَبْلَ ْالاَشْيَاءِ؟ قَالَ يَا جَابِرُ، إِنَّ اللهَ تَعَالَى خَلَقَ قَبْلَ ْالاَشْيَاءَ نُوْرَ نَبِيِّكَ مِنْ نُوْرِهِ  (رواه عبد الرزاق بسنده.)

Dari Jabir bin Abdillah RA, ia berkata, Aku berkata, wahai Rasulullah, Ceritakanlah tentang awal perkara yang Allah ciptakan sebelum segala sesuatu ! Maka Rasul berkata, “Wahai Jabir, Sesungguhnya Allah Taala sebelum segala sesuatu, Ia menciptakan Nur Nabimu, yang berasal dari Nur-Nya.

Riwayat ini disandarkan pada Abdur Rozzaq, hanya saja banyak peneliti hadits yang mengatakan tidak menemukan riwayat tersebut dalam mushannafnya, sehingga sulit untuk dilacak jalur sanadnya hingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Padahal ini menyangkut keyakinan yang sangat krusial. Dan konsekuensi dari keyakinan yang dilandasi riwayat tersebut bertentangan dengan banyak ayat dan hadits, baik yang tersirat maupun tersurat. Diantaranya :

خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

“Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api dan Adam tercipta dari apa yang disifatkan untuk kalian.” (HR. Muslim: 2996)

Hadits-hadits tersebut bertentangan dengan firman Allah dalam surat al isro' ayat 93 :

قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا

Katakanlah, “Maha suci Rabbku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” 

Juga firmanNya dalam surat al ahqof ayat 9 :

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ

Katakanlah, “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul”.

Di dalam kitab Fatâwa Nûr ‘ala ad-Darb 1/96-100 syaikh bin baz berkomentar tentang masalah ini :

Sehubungan dengan perkataan sebagian manusia dari kalangan ahli khurofat dan Sufi bahwa beliau (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) diciptakan dari cahaya atau yang pertama kali diciptakan adalah cahaya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kabar (riwayat) ini tidak ada asalnya, seluruhnya kebatilan, merupakan berita palsu yang tidak ada dasarnya (sama sekali).

Demikian juga pernyataan bahwa dunia diciptakan karena (Nabi) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kalau tidak ada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dunia tidak akan pernah ada, juga tidak akan diciptakan makhluk (lainnya), ini merupakan kebatilan, tidak ada asalnya, ini perkataan yang rusak. 

Allâh Azza wa Jalla menciptakan dunia agar Dia dikenal, diketahui dan diibadahi (oleh makhluk, manusia). Allâh Azza wa Jalla menciptakan seluruh makhluk agar dikenal melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, kekuasaan dan ilmu-Nya, agar di ibadahi, tidak ada sekutu bagi-nya, bukan karena (Nabi) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,  (Nabi) Nuh Alaihissalam, ataupun (Nabi) Isa Alaihissallam maupun karena nabi lainnya. Allâh menciptakan seluruh makhluk agar mereka beribadah kepada-Nya. 

Walloohu a'lam.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Utsman bin Affan r.a. dan para istrinya

Kontroversi hadits puasa dan sedekah

Pembahasan tentang Nur Muhammad