Tanya jawab seputar khuldi
Tanya :
Di bible ada cerita, konon katanya ketika Adam dan Hawa tergelicir dosa dg makan buah itu gara-gara di-prank sama iblis yg nyamar jadi ular, tapi fable ini ternyata masuk dalam beberapa buku cerita anak versi Islam yg menceritakan dongeng ini. Pertanyaannya adalah apakah ada hadis-hadis Nasraniyyat yg masuk ke Islam dalam hal ini ?
Jawab :
kalau dalam kitab tafsir, tidak ada penjelasan iblis menyerupai ular. tambahan ini disebut dalam kitab2 tafsir tentang ayat2 yang menjelaskan kisah nabi2 terdahulu sbg kisah2 israiliyat. makanya rasul selalu mengingatkan kepada sahabat2 beliau agar tidak menerima cerita2 dari yahudi dan nasrani secara bulat (ditelan mentah2) karena adanya unsur tambahan2 spt ini. tapi tdk juga kita dibolehkan untuk menolak semuanya, karena sebagian dari kisah2 itu memang benar adanya. hadits2 yang menjelaskan masalah ini biasanya disampaikan dalam kitab2 tafsir sebagai penjelasan (tafsir) ayat yang berfungsi sebagai asbabun nuzul (sebab turunnya ayat tsb). walloohu a'lam.
Salah satu referensinya :
Setelah Adam dan Hawa memakan buah Khuldi, kedua pakaian yang selama ini mereka kenakan terlepas. Ada yang mengatakan, pakaian itu terbuat dari cahaya yang menutup rapat aurat. Ada pula yang mengatakan, pakaian tersebut berupa perhiasan surga. (Abdul Karim Zaidan, al-Mustafâd min Qasâshil Qur’ânî, [Beirut: ar-Risâlah: 1998], juz I, halaman 22).
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Asakir dan Mujahid dikisahkan, Allah telah memerintahkan dua malaikat untuk mengeluarkan Adam dan Hawa dari sisi-Nya (surga-Nya). Jibril pun menanggalkan mahkota yang melekat di atas kepalanya (Adam), sedangkan Mikail melepaskan iklil (mahkota) yang ada di keningnya (Hawa). Beliau pun berlindung di belakang dahan pohon.
Adam AS mengira Allah akan segera mengazabnya. Ia pun menundukkan kepalanya dan dengan lirih ia berkata ‘Ampuni aku, wahai Tuhan! Ampunani aku, wahai Tuhan.’
Lalu Allah berkalam, (Wahai Adam) apakah engkau ingin melarikan diri (bersembunyi) dari-Ku?’
Adam menjawab, ‘Tidak, wahai Tuhan! Namun, aku merasa malu kepada-Mu.’
Adam pun memohon ampunan sepenuhnya kepada Allah dengan beristighfar, merasa menyesal, dan mengakui kesalahannya, serta bertaubat kepada Allah. Allah pun menerima taubatnya, meski kemudian Adam dan Hawa harus diturunkan ke bumi, untuk menjalani takdirnya.
Ali al-Shabuni dalam Safwah al-Tafāsir (hal. 374) memberi penjelasan bahwa setan membisikkan kepada Nabi Adam dan Hawa dengan suara yang samar untuk memperdaya keduanya, agar memakan buah dari pohon yang dilarang, sehingga akan tampak aurat keduanya yang selama ini tertutup. Setan membisiki Nabi Adam dan Hawa bahwa alasan Tuhan melarang memakan buah dari pohon ini adalah karena Tuhan tidak ingin Nabi Adam dan Hawa menjadi malaikat atau orang yang kekal selamanya di surga. Bahkan setan bersumpah atas nama Allah mengenai hal ini, sehingga bisa menipu keduanya.
Al-Tabari menambahkan, berdasarkan riwayat dari Qatadah (Jāmi’ al-Bayān, juz 12, hal. 351), setan menguatkan lagi sumpahnya dengan perkataannya “Sesungguhnya aku diciptakan sebelum kalian berdua dan aku lebih tahu daripada kalian berdua. Ikutilah nasihatku, maka kalian akan mendapat petunjuk.” Karena bisikan disertai sumpah yang mengatasnamakan Allah itulah, setan berhasil melakukan tipu daya terhadap Nabi Adam dan Hawa.
Al-Qurthubi berkomentar dengan menyitir riwayat dari Ibnu Abbas bahwa setan berhasil menipu Nabi Adam dan Hawa dengan sumpahnya. Nabi Adam menyangka bahwa tidak ada makhluk pun yang bersumpah atas nama Allah padahal dia berbohong. (Tafsir al-Qurthubi, juz 7, hal. 180). Ini menunjukkan bahwa setan akan melakukan segala cara untuk melakukan tipu daya terhadap manusia. Bahkan dengan mengatasnamakan Allah untuk memperkuat kebohongannya.
Maka ketika Nabi Adam dan Hawa mencicipi buah khuldi, terbukalah aurat masing-masing dari keduanya yang membuat mereka malu. Kemudian Nabi Adam dan Hawa mengambil dedauanan dan dengan segera menempelkan daun-daun untuk mereka gunakan menutupi aurat. Wahb bin Munabbah berkata bahwa pakaian Nabi Adam dan Hawa adalah sebuah cahaya yang menutupi kemaluan keduanya, di mana satu sama lain tidak dapat saling melihat aurat masing-masing (Jāmi’ al-Bayān, juz 12, hal. 355).
Setelah kejadian tersebut, Allah berseru kepada Nabi Adam dan Hawa sebagai bentuk peringatan dan teguran, “Bukankan aku telah memperingatkan kalian mengenai pohon itu dan memberitahukan kalian untuk memusuhi setan yang terkutuk?” Diriwayatkan bahwa Allah berfirman, “Bukankah telah dibebaskan memilih bagimu seluruh dedaunan di dalam surga ini daripada hanya satu pohon tersebut?” Nabi Adam menjawab, “Demi kemuliaan Engkau, benar. Tetapi aku sama sekali tidak menyangka akan ada makhluk Engkau yang bersumpah atas nama-Mu padahal dia berbohong”. Lalu Allah berfirman “Maka demi kemuliaanku, aku benar-benar akan menurunkanmu ke bumi kemudian kamu tidak akan hidup kecuali dengan bekerja keras.”
Menurut Abu Bakar al-Jazā’iri dalam kitabnya Aisar al-Tafāsīr, kisah tersebut mempunyai poin-poin penting, yang umumnya dilihat dari segi hukum: 1) senjata iblis yang digunakan untuk memerangi anak keturunan Nabi Adam tidak lain adalah dengan bisikan-bisikan dan memperindah sesuatu yang buruk. 2) ketetapan mengenai permusuhan setan terhadap manusia. 3) sebuah larangan menunjukkan pada keharaman kecuali terdapat qarinah yang menunjukkan kemakruhan hal tersebut. 4) kewajiban menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan adalah sama. dan 5) kebolehan bersumpah dengan nama Allah, hanya untuk sesuatu yang benar.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan sampaikan komentar anda terhadap postingan (tulisan) ini. Terima kasih