5 macam cara sholat witir
5 macam cara sholat witir sesuai hadits dan atsar, maupun qiyas.
oleh abu mahdi ibn ibrahim
1. Witir 1 rokaat. Dalilnya adalah Nabi Muhammad SAW bersabda: "(Salat) Witir itu adalah hak setiap muslim, siapa yang lebih suka witir 5 rakaat, maka kerjakanlah, dan barang siapa yang lebih suka witir 1 rakaat, maka kerjakanlah," (Hadis shahih, riwayat abu Daud: 1212 dan al-Nasa'i: 1693).
2. Memisahkan rokaat yg genap dari yang ganjil. Dalil ini bersifat umum, sehingga seharusnya berlaku untuk semua sholat witir mulai bilangan 3,5,7,9,11. Namun Karena ada dalil tersendiri (takhshish) utk 3,5,9 dan 11 rokaat, maka pendapat ke 2 ini hanya dapat diterapkan untuk witir dengan 7 rokaat. Sehingga maksud dipisah genap ganjil adalah 2+2+2+1 atau dapat pula 4+2+1. Dalilnya hadits riwayat imam ahmad dari ibnu umar :
كَانَ النَّبِيُّ يَفْصِل بَيْنَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ بِتَسْلِيمَةٍ
bahwa Nabi SAW memisahkan antara rakaat yang genap dengan rakaat yang ganjil dengan salam.
Catatan : Di bagian genap sholat witir itu berlaku ketentuan, jika 2 rokaat maka mengikuti kaidah sholat subuh, jika 4 rokaat mengikuti kaidah sholat isya (rokaat 1 dan 1 baca surat, rokaat 3 dan 4 hanya baca fatihah saja secara sirri/ tidak dikeraskan-perlahan).
3. Witir seperti sholat maghrib. Maksudnya 3 rokaat dg 2x tahiyat. Dalilnya dari pendapat abu 'aliyah, seorang tabi'in :
عَلَّمَنَا أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ أَنَّ الْوِتْرَ مِثْل صَلاَةِ الْمَغْرِبِ فَهَذَا وِتْرُ اللَّيْل وَهَذَا وِتْرُ النَّهَارِ
Para shahabat Nabi SAW mengajari kami bahwa shalat witir itu serupa dengan shalat Maghrib. Yang ini (shalat witir) adalah shalat witir malam dan yang itu (shalat Maghrib) adalah shalat witir siang.
Catatan : karena mengikuti kaidah sholat maghrib, maka di rokaat ke 3 juga membaca fatihan saja secara sirri, tanpa surat.
4. Witir 5 rokaat dengan 1 tahiyat. Dalilnya hadits riwayat muslim :
كَانَ وتِرُ بِخَمْسٍ لاَ يَجْلِسُ إِلاَّ فِي آخِرِهَا
Rasulullah SAW pernah shalat witir dengan lima rakaat tanpa duduk tahiyat kecuali di bagian akhir.
5. Witir 9 dan 11 rokaat dengan rincian sbb : utk yg 9 rokaat, 7 rokaat 1 tasyahud 1 salam lalu ditambah 2 rokaat. Utk yg 11 rokaat, di rokaat 8 duduk tasyahud awal, di rokaat ke 9 tasyahud akhir lalu salam. Ditambah 2 rokaat. Dalilnya adalah keterangan Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika beliau menjelaskan kepada keponakannya tentang tata cara shalat malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كُنَّا نُعِدُّ لَهُ، سِوَاكَهُ، وَطَهُورَهُ، فَيَبْعَثُهُ اللَّهُ مَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَهُ مِنَ اللَّيْلِ، فَيَتَسَوَّكُ، وَيَتَوَضَّأُ، وَيُصَلِّي تِسْعَ رَكَعَاتٍ، لَا يَجْلِسُ فِيهَا إِلَّا فِي الثَّامِنَةِ، فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ يَنْهَضُ، وَلَا يُسَلِّمُ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّ التَّاسِعَةَ، ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ، ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمًا يُسْمِعُنَا، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ، وَتِلْكَ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يَا بُنَيَّ، فَلَمَّا أَسَنَّ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَخَذَ اللَّحْمَ، أَوْتَرَ بِسَبْعٍ وَصَنَعَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ مِثْلَ صَنِيعِهِ الأَوَّلِ، فَتِلْكَ تِسْعٌ يَا بُنَيَّ
“Kami mempersiapkan siwak dan air wudhu beliau. Bila Allah membangunkan beliau pada waktu yang dikehendaki di malam hari, beliau bersiwak dan berwudlu, kemudian shalat sembilan raka’at tidak duduk tasyahud kecuali pada raka’at kedelapan. Beliau berdzikir, memuji Allah, dan berdoa (membaca tasyahud), kemudian beliau bangkit dan tidak salam meneruskan raka’at kesembilan. Kemudian beliau duduk, berdzikir, memuji Allah, dan berdoa, kemudian salam dengan satu salam yang terdengar oleh kami. Setelah itu beliau shalat dua raka’at sambil duduk. Jadi jumlahnya sebelas raka’at wahai anakku. Ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah tua dan gemuk, beliau berwitir tujuh raka’at, kemudian dua raka’at setelahnya dilakukan seperti biasa, maka jumlahnya sembilan wahai anakku” (HR. Muslim 746).
Pembahasan :
1. Jika disimak dari kedudukan dalil, maka pendapat 1,2,4 dan 5 bersumber dari perbuatan nabi langsung (hadits) sedangkan pendapat ke 3 bersumber dari perkataan sahabat (atsar). Maka secara kedudukan pengambilan hukum, pendapat 1,2,4 dan 5 lebih rojih (kuat) derajatnya.
2. Jika kita sholat witir 3 rokaat dengan rincian 2+1, maka hal ini mengikuti pendapat ke 2 yaitu mengambil dalil umum namun menafikan (tidak mengikuti pendapat ke 3 tentang ketentuan khusus witir 3 rokaat). Padahal dalam kaidah ushul hadits, jika ada dalil khusus maka dalil umum menjadi tidak berlaku karena sudah di nasakh (diganti, dibatasi) oleh dalil khusus tersebut.
3. Demikian pula jika kita sholat 3 rokaat dengan 1 tahiyat. Maka cara ini juga tidak ditemukan dalam pilihan model witir yang bersumber dari nabi dan atsar. Karena dalil yang ada adalah 5 rokaat dengan 1 tahiyat dan 1 salam. Sehingga rujukan untuk pendapat ini adalah qiyas (menganalogikan, menyamakan) dalil witir 3 rokaat dengan 5 rokaat.
4. Oleh karenanya, jika kita ingin benar-benar mencari dalil (pandangan) terkuat, maka tentu hadits nabi diprioritaskan, baru kemudian atsar lalu qiyas. Dalam hal ini urutan (prioritas) nya adalah :
Pertama,
witir 1 rokaat (pendapat 1), atau witir 7 rokaat dengan dipisah genap ganjil (pendapat ke 2), atau witir 5 rokaat dengan 1 tahiyat (pendapat ke 4) atau witir 9 atau 11 rokaat (pendapat ke 5).
Kedua, witir 3 rokaat seperti sholat maghrib karena merupakan atsar sahabat (pendapat ke 3)
Ketiga, witir 2+1 atau 3 rokaat 1 tahiyat karena merupakan qiyas.
5. Jika kita memperhatikan dalil berikut : Diriwayatkan dari jalur Aisyah, pernah Rasulullah saw melakukan salat pada waktu antara setelah selesai Isya yang dikenal orang dengan ‘Atamah hingga Subuh sebanyak 11 rakaat, beliau salam pada tiap-tiap 2 rakaat, dan beliau salat witir 1 rakaat (H.R. Muslim). Maka rasul mengajarkan sholat malam (baik tarawih, lail atau tahajjud) itu 10 rokaat dengan rincian 2+2+2+2+2, dan witirnya hanya 1 rokaat saja. Seharusnya yang mengambil tarawih 11 rokaat itu mengikuti dalil ini sehingga witirnya cukup 1 rokaat saja.
6. Atau jika ingin mengikuti dalil berikut : riwayat dari Aisyah, bahwa "Nabi saw. tidak pernah melakukan salat sunah pada bulan Ramadan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat. Beliau salat 4 rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian beliau salat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau salat 3 rakaat." (H.R. al-Bukhari dan Muslim). Maka rasul mengajarkan sholat malam itu 8 rokaat dengan rincian 4+4, dan witirnya 3 rokaat. Sehingga untuk sholat malamnya berlaku seperti ketentuan sholat isya (4 rokaat) dan witirnya berlaku seperti ketentuan sholat maghrib (3 rokaat).
7. Imam mazhab seperti Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal misalnya melakukan sholat tarawih dengan 20 rakaat dengan satu witir (jadi total 21 rokaat bukan 23 rokaat). Sementara itu Imam Malik melakukan 36 rakaat dengan ditutup sholat witir. Witirnya imam malik jml rokaatnya tdk ditentukan yg penting ganjil artinya bisa 1,3,5,7,9,11.
Mudah2an bermanfaat, menambah wawasan dan ilmu. Walloohu a’lamu bish showaab.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan sampaikan komentar anda terhadap postingan (tulisan) ini. Terima kasih