Ada tragedi
Tidak bermaksud memperpanjang ya... masalah maulid misalnya, saya pernah ditanya seseorang dengan nada mancing. saya sadar kalau dia mancing. sadar bener. pertanyaannya gini "ustadz, kan bacaan maulid itu ada syiriknya, coba dengar kalimatnya "anta nuurun fauqo nuuriih" (engkau adalah cahaya diatas cahayaNya). dia bahkan mereferensikan bahwa penjelasan itu dia dapatkan dari seorang ustadz salafi. saya tdk mau sebutkan namanya disini. dia ngartikan kalau nabi muhammad itu memiliki cahaya diatas cahaya Allah. saat itu saya belum tau. saya sampai tanya2 tentang bacaan maulid yang dibaca khususnya diba' dan barzanji. sampai saya download aplikasinya. ternyata ada kalimat sebelumnya "anta syamsun anta badrun. anta nuurun fauqo nuurih" (engkau adalah matahari, engkau adalah bulan, engkau memiliki cahaya diatas cahayanya). ternyata maksudnya adalah cahaya rasul melebihi cahaya matahari dan bulan dalam penggalan syair sebelumnya itu. tapi oleh si penanya, diputus hanya pada "anta nuurun fauqo nuurih". dan diartikan dhomir "hu" nya itu kepada Allah, bukan kepada matahari dan bulan (seperti dalam bait syair sebelumnya).
inilah yang selalu menjadi salah paham dan salah tafsir (arti). yang jika sampai pada titik orang awam pasti akan menimbulkan pertentangan hebat. jadi, cara kita menafsirkan dan memandang persoalan harus lebih dewasa, tidak tendensius, apalagi manipulatif. itu sumber fitnah dan perpecahan umat. walloohu a'lam.
Itulah kalau kita kurang dewasa, kurang bisa menghargai pandangan dan pendapat orang lain. berbeda boleh saja. mempertahankan pandangan nya juga wajar dan sah2 saja. asal jangan mengklaim pendapatnya yang paling benar. posisi kita hanya sharing pandangan dengan semangat menyampaikan yang haq. diterima alhamdulillah, ditolak jg jangan marah2 (salah paham).
framing yg harus kita bangun dan sepakati adalah ukhuwah (persaudaraan) dan silaturrahim. jangan pasang niat yang lain. kita bukanlah propagandis, apalagi influencer. berkeinginan agar saudaranya mendapatkan pencerahan dan menerima kebenaran adalah semangat yang baik. tapi manakala ikhwan kita tetap pada pendiriannya, itu menjadi hak pribadinya. paling2 kita hanya dapat mendoakan saja, jika memang menurut kita pemikirannya menyimpang (misalnya).
masalah khilafiyah, seperti maulid, tahlil, qunut, adalah masalah2 fiqhiyyah yang sdh menjadi bahasan para ulama dari abad ke abad. masing2 punya pendirian dan pandangannya. perbedaan pandangan selama dalam hal2 furu' dan tidak masuk ke aqidah (ushul), maka harus disikapi dan dipandang sebagai bagian dari dinamika pemikiran keumatan. jangan dikerdilkan apalagi dikotak2. biarkan masing2 mereka mendewasakan diri dengan pandangan dan belajar dengan hujjah (dalil) yang menjadi rujukannya. dengan itu islam kita akan menjadi lebih baik dari hari ke hari. sehingga, harapannya ketika kelak kita nanti dipanggil Allah, setidaknya kita lebih siap dari sebelumnya, karena selalu ada progress perbaikan dalam hidup dan kehidupan kita.
masih banyak pekerjaan keumatan yang jika kita sedikit lebih jeli dan teliti hakekatnya dan sesungguhnya adalah perang dingin antara haq dan batil. antar orang2 beriman dan orang2 kuffar yang didukung para munafiqun. itulah seharusnya fokus da'wah dan planning hidup kita. pertentangan ini, bahkan sudah melebar sampai pada tataran pengelolaan bernegara. umat membutuhkan sosok (figur) yang mengerti dan dapat mengelola masalah umat islam dengan baik dan benar. dia harus alim dan cerdas sekaligus, karena kompleksnya masalah umat islam di era modern dan akhir zaman ini.
kita harusnya prihatin karena sudah setua ini masih sj tergesek dengan hal2 sepele.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan sampaikan komentar anda terhadap postingan (tulisan) ini. Terima kasih